KUTUKAN
“
|
Kitsuneshi! Tunggu aku!” seru seorang siluman singa
berambut hitam jabrik kepada anak perempuan yang berada didepannya itu. “Ini
kecepatan minimalku, Kuroshi!” balas siluman rubah berambut putih sepinggang
dengan mata berwarna merah menyala itu. Dua anak itu adalah Kitsuneshi Rei dan
Kuroshi Ran. Mereka adalah sahabat sejak kecil. Seperti biasa, setiap malam
mereka selalu berlomba lari. Dan sudah bisa ditebak, Kitsuneshi selalu
memenangkannya walaupun secara logika, Kuroshi lebih cepat daripada Kitsuneshi.
Setelah sampai finish, Kuroshi tampak ngos-ngosan sedangkan Kitsuneshi tidak
terlihat lelah sama sekali.
“Hei, Kuroshi, kenapa
kau ngos-ngosan begitu? Seharusnya kan singa lebih cepat dan lebih kuat
daripada rubah” tanya Kitsuneshi dengan polosnya.
“Aku ngos-ngosan begini
gara-gara kau! Dan aku juga tidak kalah cepat, tapi kalah cerdik darimu!”
protes Kuroshi dengan nafas yang tak teratur. Kitsuneshi pun hanya membalas
dengan tertawa lepas
Beberapa
menit setelah perlombaan itu, tiba-tiba Kitsuneshi menarik tangan Kuroshi dan
berlari ke suatu tempat.
“Kita akan kemana?”
“Entahlah. Aku merasa
seperti ada yang memanggilku”
“Memanggilmu? Aku tak
mendengar panggilan apapun”
Kitsuneshi tetap
berlari. Selang beberapa menit, mereka tiba disebuah kuil. Bangunannya terlihat
tak terurus.
“Kau benar-benar
berkhayal, Kitsuneshi! Memangnya ditempat sepi dan terurus seperti ini ada
orangnya?”
“Kalau kau tak percaya
ya sudah! Jelas-jelas tadi aku mendengar suara yang memanggil namaku”
“Jika kau mendengar,
kenapa aku tidak?”
“Ah, sudahlah!”
Setelah beberapa lama
berdebat, tiba-tiba Kitsuneshi berlari memasuki kuil itu. Rambutnya yang
panjang terurai pun melambai-lambai. Dibelakangnya terlihat Kuroshi yang tengah
berlari kecil untuk menyusulnya.
Lari Kitsuneshi
terhenti tepat didepan sebuah kotak kecil yang diletakkan diatas meja berdebu.
Kotak itu tampak bercahaya
“Jadi dari sini suara
yang memanggilmu?” tanya Kuroshi
Tak ada jawaban dari
Kitsuneshi. Dia terus mendekati kotak kecil itu. Setelah dekat dengan kotak
itu, dia pun mengambil sesuatu yang berada dalam kotak tersebut. Ternyata
sebuah kalung.
“Kalung yang bagus ya,
Kitsuneshi?” ujar Kuroshi. Tetap tak ada jawaban dari siluman rubah itu.
“Kitsuneshi?” tanya
Kuroshi sambil membalikkan tubuh Kitsuneshi. Gawat! Matanya! Jangan-jangan kalung itu...
“Sadar Kitsuneshi!
Jangan kau pakai kalung itu! Lepaskan kalung itu!” cegah Kuroshi. Dia ingat,
itu adalah kalung kutukan. Barang siapa yang memakai kalung itu, dia akan
menjadi seorang pembunuh dan mangsanya tidak dibunuh, melainkan ia sembunyikan
disuatu tempat.
Usaha Kuroshi sia-sia.
Kitsuneshi terlanjur memakai kalung terkutuk itu. Bersamaan dengan itu, muncul
cahaya hitam dibelakang Kitsuneshi. Tak lama, cahaya itu hilang dan Kitsuneshi
pun terjatuh, pingsan.
“Kitsuneshi! Bangun!
Bangun Kitsuneshi!” Oh, ini pertanda
buruk. Benar-benar buruk. Kitsuneshi bangun, dia sudah sadar.
“Apa yang terjadi?”
“Apa yang terjadi?”
suaranya menajam “Kau terkena kutukan gara-gara kalung itu!”
“Kalung? Kalung apa?”
tanya Kitsuneshi heran
“Lihat lehermu! Itu
adalah kalung kutukan!”
Kitsuneshi menunduk,
memeriksa lehernya. Tampak seuntai
kalung berwarna silver yang berkilauan melingkar disitu.
“Kalung ini? Kau
bercanda?” tanya Kitsuneshi. Dari nada bicaranya, dia masih tidak percaya
“Memangnya ada benda
lain dilehermu selain kalung itu?!” Kuroshi balik bertanya, jengkel. Tiba-tiba,
Kitsuneshi melompat bangun, membuat Kuroshi terkaget-kaget melihatnya
“Kuroshi, kau orang
yang paling tahu tentang kutukan, kan?”
“Iya. Memangnya kenapa?”
“Cepat katakan!” desak
Kitsuneshi panik
“Katakan apa?”
“Cara mematahkan
kutukan itu, lah. Apalagi selain itu?!”
“Oh, itu. Kalau tak
salah, waktu bulan purnama harus ada orang yang mengalahkan roh jahat yang ada
didalam tubuhmu. Orang itu bukan orang sembarangan. Dia tinggal didekat sini.
Kau harus menemukannya. Jika tidak kau temukan sampai bulan purnama, kutukan
itu tak akan bisa dihilangkan lagi” jelas Kuroshi panjang lebar
“APA?! BESOK KAN SUDAH
BULAN PURNAMA, KUROSHI!! AKU HARUS BAGAIMANA?!” teriak Kitsuneshi. Suara
kerasnya membuat para kelelawar terbang menjauh.
“Hehehe...” tawa
Kuroshi sambil menepuk kepala sahabatnya itu “Waktunya 3 tahun, kok. Jadi kau
masih punya banyak waktu untuk mencarinya” tenang Kuroshi. Dia menahan tawa. Aku memang bodoh! Kenapa aku bisa begitu
ceroboh? Sekarang aku harus mencari orang yang aku tak tahu siapa orangnya.
Semoga orang itu cepat kutemukan, batin Kitsuneshi.
“Kenapa melamun? Kau
takut?”
“Aku tidak melamun...”
bantahnya “... dan aku juga tidak takut”
“Tapi kenapa mukamu
pucat?”
“Mana aku tahu?!”
“Wah.. wah.. siluman
rubah juga bisa takut ternyata. HAHAHA!!!” ejek Kuroshi
“Kau mau cari masalah
denganku lagi, ya?!” seru Kitsuneshi sambil mengacungkan kuku-kuku tajamnya
“Tidak! Tidak! Aku tak
mau disiksa lagi!” Kuroshi memohon ampun, tetapi nada bicaranya tetap mengejek.
Pertikaian mereka mulai usai. Mulai berfikir,
bagaimana cara mereka bisa mencari orang yang dimaksud tanpa ketahuan kalau
mereka sebenarnya adalah siluman rubah galak dan siluman singa usil. Dan keputusan
terakhir, mereka memilih menyamar menjadi manusia, dan mulai masuk ke sekolah
tempat beradanya orang yang dicari. Petualangan Kitsuneshi Rei pun dimulai...
---