Kamis, 29 Maret 2012

Spirit of The Deadly Fox (SPIDEr) chapter 1


KUTUKAN
 
Kitsuneshi! Tunggu aku!” seru seorang siluman singa berambut hitam jabrik kepada anak perempuan yang berada didepannya itu. “Ini kecepatan minimalku, Kuroshi!” balas siluman rubah berambut putih sepinggang dengan mata berwarna merah menyala itu. Dua anak itu adalah Kitsuneshi Rei dan Kuroshi Ran. Mereka adalah sahabat sejak kecil. Seperti biasa, setiap malam mereka selalu berlomba lari. Dan sudah bisa ditebak, Kitsuneshi selalu memenangkannya walaupun secara logika, Kuroshi lebih cepat daripada Kitsuneshi. Setelah sampai finish, Kuroshi tampak ngos-ngosan sedangkan Kitsuneshi tidak terlihat lelah sama sekali.
“Hei, Kuroshi, kenapa kau ngos-ngosan begitu? Seharusnya kan singa lebih cepat dan lebih kuat daripada rubah” tanya Kitsuneshi dengan polosnya.
“Aku ngos-ngosan begini gara-gara kau! Dan aku juga tidak kalah cepat, tapi kalah cerdik darimu!” protes Kuroshi dengan nafas yang tak teratur. Kitsuneshi pun hanya membalas dengan tertawa lepas
          Beberapa menit setelah perlombaan itu, tiba-tiba Kitsuneshi menarik tangan Kuroshi dan berlari ke suatu tempat.
“Kita akan kemana?”
“Entahlah. Aku merasa seperti ada yang memanggilku”
“Memanggilmu? Aku tak mendengar panggilan apapun”
Kitsuneshi tetap berlari. Selang beberapa menit, mereka tiba disebuah kuil. Bangunannya terlihat tak terurus.
“Kau benar-benar berkhayal, Kitsuneshi! Memangnya ditempat sepi dan terurus seperti ini ada orangnya?”
“Kalau kau tak percaya ya sudah! Jelas-jelas tadi aku mendengar suara yang memanggil namaku”
“Jika kau mendengar, kenapa aku tidak?”
“Ah, sudahlah!”
Setelah beberapa lama berdebat, tiba-tiba Kitsuneshi berlari memasuki kuil itu. Rambutnya yang panjang terurai pun melambai-lambai. Dibelakangnya terlihat Kuroshi yang tengah berlari kecil untuk menyusulnya.
Lari Kitsuneshi terhenti tepat didepan sebuah kotak kecil yang diletakkan diatas meja berdebu. Kotak itu tampak bercahaya
“Jadi dari sini suara yang memanggilmu?” tanya Kuroshi
Tak ada jawaban dari Kitsuneshi. Dia terus mendekati kotak kecil itu. Setelah dekat dengan kotak itu, dia pun mengambil sesuatu yang berada dalam kotak tersebut. Ternyata sebuah kalung.
“Kalung yang bagus ya, Kitsuneshi?” ujar Kuroshi. Tetap tak ada jawaban dari siluman rubah itu.
“Kitsuneshi?” tanya Kuroshi sambil membalikkan tubuh Kitsuneshi. Gawat! Matanya! Jangan-jangan kalung itu...
“Sadar Kitsuneshi! Jangan kau pakai kalung itu! Lepaskan kalung itu!” cegah Kuroshi. Dia ingat, itu adalah kalung kutukan. Barang siapa yang memakai kalung itu, dia akan menjadi seorang pembunuh dan mangsanya tidak dibunuh, melainkan ia sembunyikan disuatu tempat.
Usaha Kuroshi sia-sia. Kitsuneshi terlanjur memakai kalung terkutuk itu. Bersamaan dengan itu, muncul cahaya hitam dibelakang Kitsuneshi. Tak lama, cahaya itu hilang dan Kitsuneshi pun terjatuh, pingsan.
“Kitsuneshi! Bangun! Bangun Kitsuneshi!” Oh, ini pertanda buruk. Benar-benar buruk. Kitsuneshi bangun, dia sudah sadar.
“Apa yang terjadi?”
“Apa yang terjadi?” suaranya menajam “Kau terkena kutukan gara-gara kalung itu!”
“Kalung? Kalung apa?” tanya Kitsuneshi heran
“Lihat lehermu! Itu adalah kalung kutukan!”
Kitsuneshi menunduk, memeriksa lehernya. Tampak  seuntai kalung berwarna silver yang berkilauan melingkar disitu.
“Kalung ini? Kau bercanda?” tanya Kitsuneshi. Dari nada bicaranya, dia masih tidak percaya
“Memangnya ada benda lain dilehermu selain kalung itu?!” Kuroshi balik bertanya, jengkel. Tiba-tiba, Kitsuneshi melompat bangun, membuat Kuroshi terkaget-kaget melihatnya
“Kuroshi, kau orang yang paling tahu tentang kutukan, kan?”
“Iya. Memangnya kenapa?”
“Cepat katakan!” desak Kitsuneshi panik
“Katakan apa?”
“Cara mematahkan kutukan itu, lah. Apalagi selain itu?!”
“Oh, itu. Kalau tak salah, waktu bulan purnama harus ada orang yang mengalahkan roh jahat yang ada didalam tubuhmu. Orang itu bukan orang sembarangan. Dia tinggal didekat sini. Kau harus menemukannya. Jika tidak kau temukan sampai bulan purnama, kutukan itu tak akan bisa dihilangkan lagi” jelas Kuroshi panjang lebar
“APA?! BESOK KAN SUDAH BULAN PURNAMA, KUROSHI!! AKU HARUS BAGAIMANA?!” teriak Kitsuneshi. Suara kerasnya membuat para kelelawar terbang menjauh.
“Hehehe...” tawa Kuroshi sambil menepuk kepala sahabatnya itu “Waktunya 3 tahun, kok. Jadi kau masih punya banyak waktu untuk mencarinya” tenang Kuroshi. Dia menahan tawa. Aku memang bodoh! Kenapa aku bisa begitu ceroboh? Sekarang aku harus mencari orang yang aku tak tahu siapa orangnya. Semoga orang itu cepat kutemukan, batin Kitsuneshi.
“Kenapa melamun? Kau takut?”
“Aku tidak melamun...” bantahnya “... dan aku juga tidak takut”
“Tapi kenapa mukamu pucat?”
“Mana aku tahu?!”
“Wah.. wah.. siluman rubah juga bisa takut ternyata. HAHAHA!!!” ejek Kuroshi
“Kau mau cari masalah denganku lagi, ya?!” seru Kitsuneshi sambil mengacungkan kuku-kuku tajamnya
“Tidak! Tidak! Aku tak mau disiksa lagi!” Kuroshi memohon ampun, tetapi nada bicaranya tetap mengejek.
Pertikaian mereka mulai usai. Mulai berfikir, bagaimana cara mereka bisa mencari orang yang dimaksud tanpa ketahuan kalau mereka sebenarnya adalah siluman rubah galak dan siluman singa usil. Dan keputusan terakhir, mereka memilih menyamar menjadi manusia, dan mulai masuk ke sekolah tempat beradanya orang yang dicari. Petualangan Kitsuneshi Rei pun dimulai...
---